SEPUTAR LIGACAPSA : Nilai tukar Rupiah bergerak fluktuatif terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan kemarin. Rupiah ditutup melemah 82 poin atau 0,59 persen ke level Rp 13.975 per USD dibanding penutupan akhir pekan lalu. Posisi ini tercatat menjadi yang terparah sejak 2016.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, mengatakan melemahnya Rupiah disebabkan kondisi pasar global di mana harga minyak semakin meningkat hingga mencapai USD 70 per barel. Selain itu, Fed Fund Rate juga dinilai mempengaruhi pelemahan Rupiah.
"Ada pembobotan bahwa ada kenaikan sekali lagi fed fund rate, ini sangat mempengaruhi investor. Kalau kita lihat saat ini salah satu indikatornya itu US treasury 10 tahun ini sudah mendekati 3 yaitu 2,9 dan menunjukkan ada flow. Jadi ada flow bahwa sudah banyak melepas untuk yang jangka panjang," kata Darmawan.
Kondisi tersebut, lanjutnya, membuat para investor asing yang ada di Indonesia mulai melepas aset-asetnya. "Ini membuat kalau di Indonesia, investor asing sudah mulai banyak yang jual, dia pegang Rupiah pasti dia beli USD."
Kepala Grup Asesmen Ekonomi BI, Firman Mochtar mengatakan pihaknya akan terus memantau pergerakan nilai tukar agar bisa menciptakan kepastian pasar. "Kurs ini kan harga dari devisa ya, ekspor impor, valuta asing harganya adalah kurs, kalau dia berfluktuasi, dia akan menciptakan ketidakpastian. Orang akan susah melakukan perencanaan. Kita berupaya untuk meminimalisir ketidakpastian ini," kata Firman.
Firman melanjutkan, BI akan tetap menjaga nilai tukar tetap terkendali dengan terus memantau pasar sehingga tidak akan menimbulkan banyak ekspektasi. "Kita selalu ada di pasar, jadi kurs stabil. Jadi tetap menjaga stabilitas ekonomi. Peran cadangan devisa ini sangat penting. Kita manfaatkan ini tetap terjaga," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar