1. Adanya defisit transaksi tahun ini yang melebar
SEPUTAR LIGACAPSA - Kurs rupiah melemah karena defisit transaksi berjalan tahun ini diprediksi semakin melebar. Perkiraannya hingga 2,1 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Selain karena keluarnya modal asing juga karena defisit neraca perdagangan yang diperkirakan akan kembali terjadi jelang Lebaran karena impor barang konsumsinya naik," terangnya.
2. Ketegangan perang dagang AS-China
SEPUTAR LIGACAPSA - Ketegangan geopolitik, seperti perang dagang Amerika Serikat dan China serta peperangan Suriah membuat gejolak pada perekonomian dunia. Salah satu imbasnya naiknya harga komoditas seperti minyak dunia.
Ini membuat inflasi jelang Ramadan akan semakin terkerek karena harga BBM nonsubsidi ikut naik. "Inflasi dari pangan juga perlu diwaspadai karena harga bawang merah naik cukup tinggi dalam satu bulan terakhir," kata dia.
3. Indonesia masuki musim pembagian dividen
SEPUTAR LIGACAPSA - Permintaan dolar AS diperkirakan naik pada kuartal II 2018 karena emiten secara musiman membagikan dividen. Investor di pasar saham sebagian besar merupakan investor asing, sehingga mengonversi hasil dividen rupiah ke dalam mata uang dolar.
"Kalau permintaan dolar banyak, pasti melemahkan rupiah," ujarnya.
4. The Fed masih akan naikkan suku bunga acuan
SEPUTAR LIGACAPSA - Pengamat ekonomi Indef, Bhima Yudhistira memprediksi, The FED masih menjaga bunga acuannya tidak berubah di angka 1,5 - 1,75 persen. Namun FED kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan pada rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) pada 12 - 13 Juni hingga 25 - 26 September 2018 mendatang.
"Hasil rapat FED akan jadi patokan bagi investor untuk menebak arah kebijakan pengetatan moneter berikutnya. Imbas ke Indonesia, khususnya para investor asing akan melakukan perombakan portofolio dengan melanjutkan penjualan bersih saham," tuturnya.
5. Pertumbuhan ekonomi RI tak tinggi
SEPUTAR LIGACAPSA - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, menyatakan pelemahan rupiah akan terus berlanjut hingga akhir Mei 2018 ini. Dia menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan pelemahan Rupiah salah satunya yaitu rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,06 persen kemarin.
"Pelemahan nilai tukar rupiah diprediksi akan terus berlanjut hingga akhir Mei 2018. Terbuka peluang kurs terdepresiasi hingga Rp 14.000-Rp 14.200," tuturnya.
Hal ini disebabkan konsumsi rumah tangga masih melemah terbukti dari penjualan mobil pribadi yang anjlok -2,8 persen di kuartal I 2018 dan data penjualan ritel yang turun.
"Investor bereaksi negatif terhadap rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2018 yang hanya mencapai 5,06 persen. Sentimen ini membuat pasar cenderung pesimis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi tahun 2018 yang ditarget tumbuh 5,4 persen," kata Bhima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar