Senin, 23 April 2018

Apa sebenarnya yang diinginkan Kim Jong-un dalam pertemuan dengan Trump?



SEPUTAR LIGACAPSA : Pertemuan bersejarah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan segera terjadi dalam waktu dekat.

Belakangan Kim menunjukkan tanda-tanda bersedia menuruti permintaan AS untuk denuklirisasi atau pelucutan nuklir. Trump juga menyebut niat Kim itu sebagai sebuah 'kemajuan'.
Namun langkah Kim itu membuat cemas AS, Jepang, dan China. Sebagian kalangan menilai dia hanya berusaha terlihat baik sebelum pertemuannya dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pekan ini dan sebetulnya tidak ada niatan untuk melucuti nuklirnya.
Perubahan mendadak dari sikap Kim ini membuat AS waspada. Baru empat bulan lalu Kim mengancam dia akan meluncurkan rudal nuklir ke AS dengan menekan tombol yang ada di meja kerjanya. Jadi apa yang diinginkan Kim sebenarnya?
Dilansir dari laman the New York Times, akhir pekan lalu, sejumlah pejabat di Washington menilai pemimpin Korut itu bermaksud mempertegas status negaranya sebagai negara nuklir sambil berusaha menghindari sanksi ekonomi.
kim jong un bertemu delegasi korsel di pyongyang Reuters
kim jong un bertemu delegasi korsel di pyongyang Reuters
kim jong un bertemu delegasi korsel di pyongyang Reuters


Namun Trump sudah menegaskan dia tidak akan mencabut sanksi ekonomi jika Kim tidak melucuti nuklirnya.
Sepekan terakhir ini Trump mendukung upaya Kim yang akan menyepakati perdamaian dengan Korea Selatan dalam pertemuan bersama Moon Jae-in. kabar itu tentu akan mengakhiri konflik 68 tahun di Semenanjung Korea. Di kalangan internal Gedung Putih ada kekhawatiran Kim akan menggunakan janji perdamaian dengan Korsel untuk membuat negara itu menjauh dari AS dan akhirnya tidak akan memaksa dia lagi untuk melucuti nuklirnya.
"Orang-orang belum sadar, Perang Korea belum berakhir," kata Trump kepada Perdana menteri Jepang Shinzo Abe yang duduk di sebelahnya. "Perang itu sedang akan berakhir dan mereka sedang membahasnya. Terkait soal itu saya tentu merestui," ujar Trump.
Seperti halnya di AS, sejumlah pejabat Korsel juga tidak percaya begitu saja Kim akan melucuti nuklirnya. Namun ada keyakinan yang tumbuh di Seoul bahwa Kim pada akhirnya akan bersedia meninggalkan nuklirnya jika Korsel membantu membangun ekonomi Korut. Itulah sebabnya Korsel memandang niat Kim sebagai pertanda baik.
"Itu artinya Korut bersedia meninggalkan kemampuan rudal balistik antarbenua yang bisa mengancam AS," ujar Cheong Seong-chang, pengamat Korut dari Institut Sejong, lembaga peneliti Korsel. "Dan ini tentu kabar bagus buat pemerintahan Trump."














Tidak ada komentar:

Posting Komentar